Berkesempatan berkeliling Kota Batu sangatlah menyenangkan. Udaranya yang sejuk dengan sejumlah lokasi wisata menambah keelokan Kota Batu sebagai Kota Wisata, khususnya argo wisata apelnya yang telah cukup dikenal. Ternyata tak hanya itu saja. Kota Batu juga banyak menyimpan peninggalan sejarah dari masa lampau. Salah satunya adalah Candi Songgoriti.
Candi ini terletak di Jalan Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Lokasi candi ini berada di lingkungan Pemandian Air Panas Alami (PAPA), atau berdekatan dengan Pasar Wisata Songgoriti.
Bentuk candi ini sudah tidak utuh lagi. Atapnya kelihatan sudah runtuh, dan sekarang yang tampak tinggal kaki dan badannya. Namun demikian, candi yang menghadap ke arah barat ini memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan candi-candi lainnya yang ada di Jawa Timur, yaitu dari dalam periginya keluar air panas yang masih dimanfaatkan sampai saat ini sebagai sumber air pemandiaan. Air panas yang keluar dari periginya dianggap mempunyai daya tertentu atau air suci yang keluar dari tanah.
Candi ini ditemukan pertama kali oleh seorang arkeolog Belanda bernama Wouter Hendrik Van Ijsseldijk pada tahun 1799. Lalu, diperbaiki oleh oleh arkeolog Belanda lainnya, yaitu Jonathan Rigg pada tahun 1849 dan Jan Frederik Gerrit Brumund pada tahun 1863. Tahun 1902, J. Knebel melakukan inventarisasi situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan dengan renovasi besar-besaran pada tahun 1921. Candi yang kita lihat sekarang ini merupakan hasil restorasi yang dilakukan oleh Oudheidkundige Dienst Hindia Belanda dari tahun 1938 hingga tahun 1944.
Menurut Suwardono (2013) Candi Songgoriti merupakan candi patirthan, yang didirikan berhubungan dengan sumber air panas yang keluar dari dalam tanah. Cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa candi tersebut dibangun berhubungan dengan tempat seorang empu pembuat pusaka, oleh karenanya airnya panas dan mengandung besi.
Nama ‘Songgoriti’ berasal dari bahasa Jawa Kuno dari kata dasar ‘sanggha’ yang berarti kelompok, rombongan, kumpulan, dan ‘riti’ yang artinya logam sebangsa perunggu, kuningan. Dengan demikian nama Songgoriti berarti ‘timbunan logam’. Di daerah sekitar Songgoriti sampai sekarang masih ditemukan nama-nama tempat seperti Kemasan (tempat pengrajin emas) dan Pandesari (pusat pandai logam). Dengan demikian daerah Songgoriti, yang dalam perkembangannya menjadi sebuah desa atau kelurahan bernama Songgokerto, dahulunya merupakan sebuah tempat perkumpulan atau tempat adanya suatu usaha pembuatan barang-barang dari logam.
Nama Songgoriti ini kemungkinan berkaitan dengan sebuah prasasti yang ditemukan tak jauh dari situs candi, yaitu Prasasti Sangguran yang bertarikh 850 Çaka atau 928 M. Prasasti ini dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa bersama dengan patihnya yang bernama Rakryan Mahapatih Pu Sindok Sri Isanawikrama dari Kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah.
Dilihat dari gaya bangunan dan seni hiasnya, juga beberapa bentuk tulisan pada inskripsi-inskripsi pendek yang ditemukan beserta peripih yang lain di dalam sumuran candi, Candi Songgoriti diduga berasal dari sekitar abad 9. Sedangkan, Prasasti Sangguran diterbitkan pada tahun 928 M (abad 10). Dengan demikian sebelum Prasasti Sangguran dibuat, Candi Songgoriti sudah ada.
Hal tersebut sesuai dengan pemberitaan dalam prasasti bahwa prasasti dibuat sebagai penetapan sima wanua (desa) Sangguran bagi kelangsungan bangunan suci di Mananjung. Maka, diduga tempat para pandai besi di Mananjung tersebut adalah daerah Songgoriti sekarang, yang memang benar-benar terdapat bangunan suci (Candi Songgoriti).
Bangunan Candi Songgoriti ini berada pada ketinggian 998 meter di atas permukaan laut, dan terbuat dari batu andesit. Sedangkan, pondasinya dari batu bata. Ukuran candi ini adalah 14,50 meter x 10 meter dengan tinggi 2,5 meter. Meski bangunan candi sudah tidak utuh lagi, namun keberadaannya sangatlah memiliki arti sebagai bukti tuanya usia peradaban di Kota Batu. Sayangnya, lokasi bangunan candi ini seolah kalah gaungnya dengan kolam pemandiannya maupun wahana wisata lainnya yang berada di Songgoriti. *** [kekunaan.blogspot.com]
Kepustakaan:
Rahadhian PH & Fery Wibawa C, 2015. Kajian Arsitektur Percandian Petirtaan di Jawa (identifikasi), dalam http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/1358
Suwardono, 2013. Korelasi Candi Songgoriti dengan Prasasti Sangguran Tahun 928 M, dalam https://hurahura.wordpress.com/2013/11/07/korelasi-candi-songgoriti-dengan-prasasti-sangguran-tahun-928-m/